BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi
persoalan-persoalan yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu dengan yang
lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi
persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak
mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang
terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan.
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah guru
memiliki perananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat
menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan
konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu
syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya
program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta
realistik.
Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
sudah lebih diakui sebagai profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang
bimbingan dan konseling terutama keberadaannya di sekolah dari para guru,
sebagian pengawas, kepala sekolah, para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru
BK sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan
miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah.
Munculnya
persepsi negatif tentang BK adalah tidak diketahuinya fungsi, arah dan
tujuan bimbingan di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara terencana.
Dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan
tanggung jawab guru BK itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa fungsi
bimbingan di sekolah?
2.
Bagaimana arah
dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah?
3.
Apa saja syarat
program bimbingan di sekolah?
4.
Bagaimana syarat
bagi seorang pembimbing di sekolah?
5.
Bagaimana prinsip-prinsip
program bimbingan di sekolah?
6.
Bagaimana langkah-langkah
penyusunan program bimbingan?
7.
Bagaimana
sistematika penyusunan dan pengembangan program BK?
8.
Apa saja
kegiatan-kegiatan dalam program bimbingan?
9. Bagaimana implikasi-implikasi suatu program bimbingan?
C.
Tujuan
Tujuan
pembuatan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui fungsi bimbingan di
sekolah
2. Untuk mengetahui arah dan tujuan
bimbingan dan konseling di sekolah?
3. Untuk mengetahui Apa saja syarat
program bimbingan di sekolah?
4. Untuk
mengetahui syarat bagi seorang pembimbing di sekolah?
5. Untuk mengetahui a prinsip-prinsip
program bimbingan di sekolah?
6. Untuk
mengetahui langkah-langkah penyusunan program bimbingan?
7. Untuk
mengetahui sistematika penyusunan dan pengembangan program BK?
8. Untuk
mengetahui kegiatan-kegiatan dalam program bimbingan?
9. Untuk mengetahui implikasi-implikasi
suatu program bimbingan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Bimbingan di Sekolah
Bimbingan dan konseling disekolah
berfungsi sebagai upaya untuk membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam
menyelenggarakan kesejahteraan sekolah.
Uman
Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling
dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Fungsi pemahaman,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli (klien) agar memiliki pemahaman
terhadap potensi dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal
dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
2.
Fungsi preventif,
yaitu
fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya
tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan
yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan
orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
3.
Fungsi pengembangan,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif . konselor berupaya
untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan guru atau
staf sekolah bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan
program bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),
home room, dan karya wisata.
4.
Fungsi penyembuhan,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat
dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah,
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
5.
Fungsi penyaluran,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir
atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.
Fungsi adaptasi,
yaitu
fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah/ madrasah dan staf,
konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar
belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan
informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu
para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseling.
7.
Fungsi penyesuaian,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli untuk menyesuaikan diri
dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8.
Fungsi perbaikan,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak).
Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konsli supaya
memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat
sehingga dapat menghantarkan mereka pada tindakan atau kehendak yang produktif
dan normatif.
9.
Fungsi fasilitas,
memberikan
kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli.
10.
Fungsi pemeliharaan,
yaitu
fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu supaya dapat menjaga diri dan
mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan
penurunan produktifitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui
program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan
minat konseli.
Adapun
fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M.
Umar, dkk., (21-22) adalah sebagai berikut :
1)
Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;
Sekolah-sekolah
kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual anak-anak. Banyaknya
jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran, menyebabkan guru pada
umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu kepada otak anak-anak. fungsi
pokok dari bimbingan dan konseling adalah menolong individu-individu yang
mencari dan membutuhkan bantuan. Jenis bantuan yang dibutuhkan oleh individu
berbeda-beda meskipun ada kemungkinan kesukaran yang dihadapi sama.
2)
Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan
kecakapan anak-anak
Melaksanakan
bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap tentang
individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat, latar belakang
keluarga, riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bantuan
yang akan diberikan.
3) Memberikan nasihat kepada anak yang
akan berhenti sekolahnya;
4) Memberi petunjuk kepada anak-anak
yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya.
B.
Arah dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Di Sekolah
Arah
bimbingan dan konseling di sekolah adalah memungkinkan siswa mengenal dan
menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif
dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri
secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa
depan.
Adapun
tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah agar tercapai perkembangan
yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan lain agar individu
(siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau
kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai lingkungannya.
Secara
khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan H.M. Umar, dan
kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut:
Tujuan
bimbingan bagi siswa:
1. Membantu siswa-siswa untuk
mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil
belajar, serta kesempatan yang ada
2. Membantu siswa-siswa untuk
mengembangkan motif-motif dalam belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran
yang berarti
3. Memberikan dorongan di dalam
pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan
diri dalam proses pendidikan
4. Membantu siswa-siswa untuk
memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimum terhadap
masyarakat
5. Membantu siswa untuk hidup di dalam
kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek fisik, mental dan sosial.
Tujuan bimbingan bagi guru adalah
sebagai berikut:
- Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa
- Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan tuntutan umum sekolah dan masyarakat
- Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam keseluruhan program pendidikan
- Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa
Adapun tujuan bimbingan bagi
sekolah:
- Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam
- Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya
- Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan
- Mengadakan peneltian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah meninggalkan sekolah.
Tujuan
bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat disebutkan sebagai berikut
:
- Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental, jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
- Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
- Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.
- Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannnya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.
- Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
C.
Syarat Program Bimbingan di Sekolah
Syarat
Program Bimbingan adalah :
1. Program bimbingan itu hendaknya
dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap dengan melibatkan semua staf
sekolah dalam perencanaannya.
2. Program bimbingan itu harus memiliki
tujuan yang ideal dan realistis dalam perencanaannya.
3. Program bimbingan itu harus
mencerminkan komunikasi yang kontiyu antara semua anggota staf sekolah yang
bersangkutan.
4. Program bimbingan itu harus
menyediakan atau memiliki fasilitas yang diperlukan.
5. Program bimbingan itu harus disusun
sesuai program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
6. Program bimbingan harus memberikan
pelayanan kepada semua murid.
7. Program bimbingan harus menunjukan
peranan yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
8. Program bimbingan harus memberikan
kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
9. Program bimbingan harus menjamin
keseimbangan pelayanan bimbingan dalam hal:
a. Pelayanan kelompok dan individual
b. Pelayanan yang diberikan oleh
berbagai jenis petugas bimbingan
c. Studi individual dan penyuluhan
individual
d. Penggunaan alat pengukur atau teknik
alat pengumpul data yang obyektif dan subyektif
e. Pemberian jenis-jenis bimbingan
f. Pemberian penyuluhan secara mum dan
penyuluhan khusus
g. Pemberian bimbingan tentang berbagai
program sekolah
h. Penggunaan sumber-sumber di dalam
sekolah dan di luar sekolah yang bersangkutan
i. Kebutuhan individual dan kebutuhan
masyarakat
j. Kesempatan untuk berfikir, merasakan
dan berbuat.
.
D.
Syarat Bagi Seorang Pembimbing Di
Sekolah
Syarat-syarat
yang dituntut bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan Eti
Kartikawati (1994/1995) menyatakan bahwa petugas bimbingan dan konseling
di sekolah (termasuk Madrasah) dipilih atas dasar beberapa kualifikasi yaitu:
1.
Syarat yang Berkenaan dengan Kepribadian
Seorang
guru pembimbing atau konselor harus memiliki kepribadian yang baik. Pelayanan
bimbingan dan konseling berkaitan dengan pembentukan perilaku dan kepribadian
klien akan efektif apabila dilakukan oleh seorang pembimbing yang memiliki
kepribadian yang baik pula.
2.
Syarat yang Berkenaan dengan Pendidikan
Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan profesional. Setiap pekerjaan
profesional menuntut persyaratan-persyaratan tertentu antara lain pendidikan.
Seorang guru pembimbing atau konselor selayaknya memiliki pendidikan profesi,
yaitu jurusan bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau
sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan
dan konseling.
3.
Syarat yang berkenaan dengan Pengalaman
Pengalaman
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling berkontribusi terhadap keluasan
wawasan pembimbing atau konselor yang bersangkutan. Syarat pengalaman bagi
calon guru BK setidaknya pernah diperoleh melalui praktik mikro konseling dan
praktek Pengalaman Lapangan (PPL) bimbingan dan konseling. Setidaknya calon
guru BK di sekolah dan madrasah pernah berpengalaman memberikan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada para siswa.
4.
Syarat yang berkenaan dengan kemampuan
Kepemilikan
kemampuan atau kompetensi dan keterampilan oleh gurur pembimbing atau konselor
merupakan suatu keniscayaan. Tanpa kepemilikan kemampuan (kompetensi) dan
keterampilan, tidak mungkin guru pembimbing atau konselor dapat melaksanakan
tugas dengan baik.
Dalam
pendapat lain dijelaskan bahwa persyaratan supaya seorang pembimbing dapat
menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka pembimbing harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, dalam bukunya Bimbingan dan Konseling (studi dan karir)
Prof. Dr. Bimo Walgito Menjelaskan, yaitu:
1.
Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup
luas, baik segi teori maupun praktik. Segi teori merupakan hal yang penting
karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam praktik. Praktik tanpa teori
merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik adalah perlu dan penting, karena
bimbingan dan konseling merupakan applied science, ilmu yang harus
diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang pembimbing akan canggung
apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa memiliki kecakapan didalam praktik.
2.
Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat
mengambil tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara
psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,
terutama dalam segi emosi.
3.
Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya,
apabila jasmani dan psikis tidak sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam
menjalankan tugasnya.
4.
Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap
pekerjaannya dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini
akan menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari anak maka
tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
5.
Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik
sehingga dapat diharapkan usaha bimbingan dan konseling berkembang ke arah
keadaan yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.
6.
Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada
sekolah saja, maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di
dalam segala perbuatannya, sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan
memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.
7.
Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang
dapat menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling
dengan sebaik-baiknya.
E.
Prinsip-prinsip Program Bimbingan di
Sekolah
Pelayanan
BK secara resmi memang ada di sekolah tetapi keberadaannya belum optimal. Dalam
hal ini, Belkin (dalam Prayitno 1994) seperti terungkap dalam tulisan Wawan
Junaidi (009), menegaskan bahwa untuk menumbuhkembangkan pelayanan BK di
sekolah, ada prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu sebagai berikut.
1. Sasaran layanan:
a)
melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin,
suku, agama dan status sosial;
b)
memerhatikan tahapan perkembangan;
c)
memerhatikan adanya perbedaan individu dalam layanan.
2. Berkenaan dengan permasalahan yang
dialami individu:
a)
menyangkut pengaruh kondisi mental maupun fisik individu
terhadap penyesuaian pengaruh lingkungan, baik di rumah, sekolah dan masyarakat
sekitar;
b)
timbulnya masalah pada individu karena adanya kesenjangan
sosial, ekonomi, dan budaya.
3. Program pelayanan bimbingan dan
konseling:
a)
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan dan pengambangan individu, sehingga program bimbingan konseling diselaraskan
dengan program pendidikan dan pengembangan diri peserta didik;
b)
program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan;
c)
program bimbingan dan konseling disusun dengan
mempertimbangkan adanya tahap perkembangan individu;
d)
program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diberikan
penilaian hasil layanan.
4. Berkenaan dengan tujuan dan
pelaksanaan pelayanan:
a)
pelayanan diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu secara mandiri membimbing diri sendiri;
b)
pengambilan keputusan yang diambil oleh individu hendaknya
atas kemauan diri sendiri;
c)
permasalahan individu dilayani oleh tenaga ahli/profesional
yang relevan dengan permasalahan individu;
d)
perlu ada kerja sama dengan personal sekolah dan orangtuan
dan bila perlu dengan pihak lai yang berwenang dalam permasalahan individu; dan
e)
proses pelayanan bimbingan konseling melibatkan individu
yang telah memperoleh hasil pengukuran dan penilaian layanan.
Dengan
demikian, prinsip bimbingan dan konseling di sekolah adalah membantu dan
melayani dengan sepenuhnya para perserta didik agar tidak tertinggal dari aspek
belajar dari teman-teman sekelasnya, dan juga agar bergaul sejajar dengan
mereka dengan tidak dikecualikan sama sekali.
F.
Langkah-Langkah Bimbingan Konseling
Di Sekolah
Penyusunan
program bimbingan konseling (BK) di sekolah disusun harus merajuk kepada
program sekolah secara umum. Artinya program BK di sekolah disusun tidak boleh
bertentangan dengan program sekolah yang bersangkutan. Selain itu,
penyusunan program BK harus sesuai dan berorientasi dengan kebutuhan sekolah
secara umum. Sebelum melaksanakan bimbingan kepada peserta didik, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebelum melaksanakan bimbingan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Identidikasi Kasus
Sebagai langkah awal ketika akan memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik ialah identifikasi masalah yaitu mengamati peserta
didik baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hal lain yang bisa dilakukan
dengan cara menanyakan langsung
kepada peserta didik, meminta peserta didik
untuk menjelaskan masalah yang
dihadapi, menanyai pendapat dari teman-teman dekatnya maupun melihat masa lalu
dari peserta didik tersebut.Dalam melaksanakan identifikasi kasus mengumpulkan data konselor bisa
juga menggunakan
metode observasi yaitu dengan penyelidikan yang
dijalankan secara sistematis dan sengaja
diadakan
dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian-kejadian yang bisa langsung ditangkap pada waktu kejadian berlangsung
2. Diagnosa
Suatu
proses penentuan masalah yaitu dengan melihat hasil dari identifikasi yang telah dilakukan. Identfikasi
sangat erat hubungannya dengan diagnosa karena ketika identifikasinya
salah akan berakibat kesalahan juga dalam penentuan masalahnya.
3. Pragnosa
Pragnosa merupakan bentuk penentuan penyelesaian dari permasalahan
yang telah teridentifikasi. Penentuan opsi penyelesaian hendaknya menitik
beratkan pada tingkat kesessuaian dan ketepatan dengan masalah yang ada.
4. Terapi
Terapi merupakan bentuk langkah konkrit dari bimbingan dan konseling,
proses terapi dilaksanakan secara berkesinambungan
serta menghadirkan
hal-hal yang sekiranya dapat mempermudah dalam mpelaksanaan terapi.
5. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi merupakan hal yang terakhir dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling. Evaluasi melihat seberapa besar pengaruh atau hasil dari terapi
yang telah diberikan,
evaluasi juga berfungsi
untuk melihat sejauh mana
tingkat kesesuaian
antara permasalahan yang dihadapi dengan penyelesaian yang telah diberikan.
Apabila hasilnya positif (sesuai) maka terapi yang dilakukan bisa dilaksanakan secara terus menerus sampai
peserta didik mampu menggali potensi, serta mampu mengembangkan apa
yang ia cita-citakan, namun begigu juga sebaliknya ketika hasil dari
evaluasi
menunjukan ketidak cocokan maka hal yang perlu dilakukan ialah
melihat
identifikasi
apakah benar-banar
sudah sesuai dengan prosedur yang standar atau belum.
Untuk
menyusun suatu program bimbingan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya:
1.
Susunlah program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan
bimbingan di sekolah. Karena dengan program yang relevan dengan kebutuhan ini,
akan dapat berfungsi sesuai tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu perlu diadakan
inventarisasi masalah dan kebutuhan anak di sekolah. Kemudian untuk selanjutnya
ditentukan prioritas penanganan masalah atau kebutuhan yang akan dilayani.
2.
Mempertimbangkan sifat-sifat khas sekolah, yaitu: jenis
sekolah, ukuran sekolah, sifat atau tujuan sekolah, guru-huru, murid-murid
dengan berbagai persoalan dan sika. Lingkungan tempat sekolah juga dapat
menentukan sifat masalah dan kebutuhannya, umpamanya sekolah di kota besar, di
desa, di lingkungan orang berada atau miskin.
3.
Hendaknya diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas
yang ada, termasuk di dalamnya petugas bimbingan yang telah ada sebagai
pelaksana program bimbingan, ruangan yang telah tersedia dan dapat dipergunakan
dan kemungkinan untuk bisa dikembangkan, dana yang tesedia dengan berbagai
peralatan yang akan dipergunakan untuk memperlancar jalannya layanan bimbingan
di sekolah.
4.
Hendaknya ditentukan program kerja yang terinci dan
sistematis dalam program bimbingan di sekolah berdasarkan masalah-masalah yang
secara mendesak harus ditangani. Program kerja harus memberi jawaban atas
permasalahan atau berbagai kebutuhan yang ada.
5.
Handaknya ditentukan personalia, pembagian tugas dan
tanggung jawab yang merata dengan mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu:
kemampuan, minat, kesempatan dan bakat yang dimiliki oleh staf sekolah yang
ada.
6.
Menentukan organisasi, termasuk di dalamnya ialah
kerja dan kerja sama dalam mewujudkan program bimbingan, cara
berfungsinya tim atau personalia, berhubungan dengan tugas-tugas lainnya.
7.
Hendaknya diadakan evaluasi program bimbingan yang gunanya
untuk mengecek seberapa jauh rencana dan pengaturan kerja itu telah
dapat dilaksanakan.
8.
Isi atau kegiatan yang diprogramkan, tidak hanya menyangkut
bahan yang hendak disajikan tetapi juga metode penyajian maupun kegiatan
menunjangnya.
G.
Sistematika Penyusunan dan
Pengembangan Program BK
Sistematika
penyusunan dan pengembangan program BK Sekolah yang komprehensif pada dasarnya
terdiri dari dua langkah besar, yaitu: 1. pemetaan kebutuhan, masalah, dan
konteks layanan; dan 2. desain program yang sesuai dengan kebutuhan,
masalah, dan konteks layanan. Adapun penjabaran dari tiap‐tiap langkah besar sebagai berikut:
1.
Pemetaan Kebutuhan, Masalah, dan Konteks Layanan
Penyusunan
program BK di sekolah haruslah dimulai dari kegiatan asesmen (pengukuran,
penilaian) atau kegiatan mengidentifikasi aspek‐aspek yang dijadikan bahan masukan
bagi penyusunan program/layanan (Depdiknas, 2007). Kegiatan asesmen ini
meliputi:
a.
Asesmen konteks lingkungan program yang terkait dengan
kegiatan mengidentifikasi harapan dan tujuan sekolah, orangtua, masyarakat, dan
stakeholder pendidikan terlibat, sarana dan prasarana pendukung program
bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan sekolah;
b.
Asesmen kebutuhan dan masalah peserta didik yang menyangkut
karakteristik peserta didik; seperti aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motivasi, sikap dan kebiasaan belajar, minat,
masalah‐masalah yang dihadapi, kepribadian,
tugas perkembangan psikologis. Melalui pemetaan ini diharapkan program dan
layanan BK yang dikembangkan oleh konselor benar‐benar dibutuhkan oleh seluruh segmen
yang terlibat dan sesuai dengan konteks lingkungan program. Dengan kata lain,
program dan kegiatan yang tertuang dalam rencana per semester ataupun tahunan
bukan sekedar tuntutan administratif, melainkan tuntutan tanggung jawab yang
sungguh harus dilaksanakan secara professional.
Berikut
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh konselor dalam memetakan kebutuhan,
masalah, dan konteks layanan:
Ø Menyusun instrumen dan unit analisis
penilaian kebutuhan. Eksplorasi peta kebutuhan, masalah, dan konteks
membutuhkan instrument asesmen yang berfungsi sebagai alat bantu. Dalam
instrumen ini, konselor merumuskan aspek dan indicator beserta item
pernyataan/pertanyaan yang akan diukur dan jenis metode yang akan digunakan
untuk mengungkap aspek dimaksud. Metode yang dapat digunakan, seperti
observasi, wawancara, dokumentasi, dan sebagainya.
Ø Implementasi penilaian kebutuhan.
Pada tahap ini, konselor sesegera mungkin mengumpulkan data dengan menggunakan
instrument yang telah dibuat sebelumnya dengan tujuan memperoleh gambaran
kebutuhan dan konteks lingkungan yang akan dirumuskan ke dalam program lebih
lanjut
Ø Analisis hasil penilaian kebutuhan.
Setelah data terkumpul, konselor mengolah, menganalisis, dan menginterpretasi
hasil penilaian yang diungkap dengan tujuan kebutuhan, masalah, dan konteks
program dapat teridentifikasi dengan tepat
Ø Pemetaan kebutuhan/permasalahan.
Setelah hasil analisis dan identifikasi masalah terungkap, petugas BK dan
konselor membuat peta kebutuhan/masalah yang dilengkapi dengan analisis
faktorfaktor penyebab yang memunculkan kebutuhan/permasalahan
2.
Desain Program BK dan Rencana Aksi (Action Plan)
Berikut
ini adalah penjabaran rencana operasional (action plan) yang diperlukan Action
plan yang akan disusun paling tidak memenuhi unsur 5W+1H (what, why, where,
who, when, and how). Dengan demikian, konselor dan petugas bimbingan perlu
melakukan hal‐hal
berikut ini:
Ø Identifikasikan dan rumuskan
berbagai kegiatan yang harus/perlu dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari
perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
Ø Pertimbangkan porsi waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu
dilakukan dalam waktu tertentu atau terus menerus. Berapa banyak waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
setiap komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu
ini didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan
oleh konselor. Berikut dikemukakan tabel alokasi waktu, sekedar perkiraan atau
pedoman relatif dalam pengalokasian waktu untuk konselor dalam pelaksanaan
komponen pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah.
Perkiraan
Alokasi Waktu Pelayanan
KOMPONEN
PELAYANAN
|
JENJANG PENDIDIKAN
|
||
SD/MI
|
SMP/MTs
|
SMA/MAN/SMK
|
|
1. Pelayanan Dasar
|
45 – 55 %
|
35 – 45 %
|
25 – 35 %
|
2.Pelayanan Responsif
|
20 – 30 %
|
25 – 35 %
|
15 – 25 %
|
3.Pelayanan Perencanaan Individual
dan keluarga
|
5 – 10 %
|
15 – 25 %
|
25 – 35 % (Porsi untuk SMK lebih
besar)
|
4. Dukungan Sistem
|
10 – 15 %
|
10 – 15 %
|
10 – 15 %
|
Ø Inventarisasi kebutuhan yang
diperoleh dari needs assessment ke dalam tabel kebutuhan yang akan menjadi
rencana kegiatan. Rencana kegiatan dimaksud dituangkan ke dalam rancangan
jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk
matrik; Program Tahunan dan Program semester.
Ø Program bimbingan dan konseling
Sekolah/Madrasah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu
dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup
kalender tahunan, bulanan, dan mingguan.
Ø Program bimbingan dan konseling
perlu dilaksanakan dalam bentuk kontak langsung, dan tanpa kontak langsung
dengan peserta didik.
Untuk
kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di kelas (pelayanan
dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 2 (dua) jam pelajaran per‐kelas per‐minggu. Adapun kegiatan bimbingan
tanpa kontak langsung dengan peserta didik dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti
e‐mail, buku‐buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home visit),
konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referral).
H.
Kegiatan-kegiatan Dalam Program
bimbingan
Secara
operasional pelaksanaan program layanan bimbingan meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut;
1. Tahapan persiapan
a.
Penyusunan program BP
b.
Konsultasi dengan pihak sekolah
c.
pengumpulan berbagai informasi yang diperlukan
d.
penyediaan pasilitas BP yang diperlukan
2. Program pengumpulan keterangan/data
tentang siswa
Tujuan:
memperoleh keterangan/data yang selengkap-lengkapnya tentang siswa yang diperlukan untuk
bantuan kepada mereka
a.
Jenis data yang dikumpulkan:
1) Identitas pribadi siswa
2) Keadaan keluarga dan lingkungan
sosial
3) Data psikis siswa
b.
Alat/teknik pentitas pengumpulan data
1) Alat/teknik non-testing
a)
Observasi (di luarkelas, di rumah, di tempat-tempat
tertentu)
b)
Wawancara (dengan murid, orang tua guru dan pihak-pihak
lain)
c)
Angket
d)
Sosiometri
e)
Skala penilaian
f)
Album BP
2) Alat/teknik testing
a)
Aspek intelektual
b)
Aspek emosional
c)
Aspek kemauan
d)
Aspek kepribadian
e)
Aspek lingkungan dan pengaruhnya terhadap perkembangan
Dilaksanakan
dengan menggunakan “psychotest” yang sudah dilakukan dan dilaksanakan
dengan kerjasama dengan lembaga-lembaga lain. Tes-tes tersebut seperti
test-test intelegensi, tes minat, test kepribadian, tes bakat khusus dan sebagainya.
c.
Sumber data
Pihak yang
dapat dijadikan sumber data antara lain: siswa-siswa itu sendiri,
kawan-kawannya, orang tuanya, saudara-saudaranya, guru dan staf lainnya,
lembaga-lembaga lain seperti dokter, rumah sakit organisasi dan sebagainya.
3.
Pemberian
informasi dan orientasi
Tujuan: agar para siswa memperoleh
gambaran yang jelas mengenai situasi pendidikan yang akan ditempuhnya. Dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut bentuk pemberian informasi dan orientasi kepada
siswa, baik secara lisan tulisan maupunmengamati langsung secara individual
maupun kelompok, yang meliputi:
Ø Orientasi kehidupan di sekolah
Ø Orientasi kehidupan perguruan tinggi
Ø Informasi tentang pekerjaan
Ø Informasi tentang cara-cara belajar
Ø Tata tertib sekolah
Ø Informasi dan orientasi lingkungan
sekitar
4. Penempatan dan penyaluran
Tujuan:
Agar siswa memperolah posisi yang sesuai dengan potensi dirinya
5.
Bantuan penyuluhan
Tujuan:
Membantu siswa dalam mengatasi/memecahkan masalah pribadinya dengan menggunakan
potensinya sendiri seoptimal mungkin sehingga ia dapat mencapai tujuan
pendidikan sesuai dengan bakat dan kapasitasnya.
6.
Bantuan dan kesulitan belajar
Tujuan:
agar siswa memperoleh sukses dalam belajar secara optimal sesuai potensi yang
dimilikinya. Bantuan yang diberikan tidak saja kepada siswa yang telah nyata
menunjukan kesuklitan belajar, akan tetepi juga kepada siswa –siswa lain yang
menunjukan kesulitan-kesulitan belajar.
7.
Pertemuan staf f
8.
Penataran petugas bimbingan dan guru-guru
9.
Hubungan masyarakat
Tujuan:
membantu dan membina pemahaman yang lebih objektif tentang program bimbingan di
sekolah, terutama bagi guru, orang tua siswa, dan masyarakat pada umumnya
10.
Usaha-usaha penilaian dan tindak lanjut
Tujuan:
menilai efisiensi program bimbingan dalam hubungannya dengan program pendidikan
umumnya.
I.
Implikasi-implikasi Suatu Program
Bimbingan
1. Bagi individu murid
a.
Menyadiakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap murid
selalu merasa aman, gembira, berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi-prestasi
yang dapat dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b.
Menyediakan kondisi-kondisi dan kesempatan bagi setiap murid
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
c.
Mengembangkan pengertian murid-murid memelihara kesehatan
jasmani dan rohani.
d.
Mengusahakan agar murid-murid dapat memahami dirinya.
e.
Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial
yang baik.
f.
Mengembangkan rasa ketenangan, kesabaran, dan pengarahan
diri (self direction)
g.
Mengembangkan minat murid-murid terhadap nilai-nilai
intelektual, sosial dan rekreasi.
h.
Memperoleh informasi pendidikan, pekerjaan dan sosial, yang
diperlukan dalam pembuatan rencana-rencana sekarang dan yang akan datang.
2. Bagi organisasi dan pekerjaan
sekolah
a.
Menempatkan kebutuhan pribadi individu di atas
pertimbangan-pertimbangan prosedur sekolah yang lain.
b.
Menyeduakan suatu kurikulum dan kondisi-kondisi kerja yang
memungkinkan setiap murid dapat bekerja dengan hasil yang baik dan kafasitas
yang penuh.
c.
Menyediakan informasi tentang kedaaan diri murid-murid, yang
penting bagi penentuan bahan-bahan dan pemberian pengajaran yang sesuai
d.
Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan murid-murid
berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan dalam kegiatan-kegiatan
kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
umum, fungsi bimbingan dan konseling yaitu: Fungsi
pemahaman, fungsi preventif, fungsi pengembangan, fungsi penyembuhan, fungsi
penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian, fungsi perbaikan, fungsi
fasilitasi, dan fungsi
pemeliharaan,.
Secara
khusus arah dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ada tiga macam,
yaitu: Tujuan bimbingan bagi siswa, tujuan bimbingan bagi guru dan tujuan
bimbingan bagi sekolah.
Syarat-syarat
bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan Eti Kartikawati
(1994/1995) dipilih atas dasar kualifikasi : (1) Kepribadian, (2) Pendidikan,
(3) Pengalaman, dan (4) Kemampuan.
Prinsip
program bimbingan di sekolah mencakup beberapa hal yaitu: sasaran layanan,
berkenaan dengan permasalahan yang dialami individu, program pelayanan
bimbingan dan konseling, berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
Langkah langkah penyusunan program BK harus sesuai dan berorientasi dengan
kebutuhan sekolah secara umum. Sebelum melaksanakan bimbingan kepada peserta
didik, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebelum melaksanakan
bimbingan. Sistematika penyusunan dan pengembangan program BK Sekolah yang
komprehensif pada dasarnya terdiri dari dua langkah besar, yaitu: 1. pemetaan
kebutuhan, masalah, dan konteks layanan; dan 2. desain program yang sesuai
dengan kebutuhan, masalah, dan konteks layanan.
Kegiatan
dalam program bimbingan meliputi beberapa tahap yaitu: tahapan persiapan
kegiatan, program pengumpulan keterangan/data tentang siswa, pemberian
informasi dan orientasi, penempatan dan penyaluran, bantuan penyuluhan, bantuan
dan kesulitan belajar, pertemuan staf, penataran petugas bimbingan dan
guru-guru, hubungan masyarakat, usaha-usaha penilaian dan tindak lanjut.
Implikasi-implikasi suatu program bimbingan dapat dirasakan oleh individu murid
dan organisasi/ pekerjaan sekolah.
B.
Kritik dan Saran
Mengingat
keterbatasan sumber dan referensi dari pustaka, maka kami menyarankan kepada dosen mata kuliah bimbingan dan konseling memberi semacam usulan kepada
pihak yang berwenang atas hal demikian, agar memperkaya khazanah buku-buku
khususnya buku bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Jakarta : PT Grasindo.
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan
dan Konseling, Bandung : Remaja Rosdakarya
Prayitno dan Amti, Erman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, Jakarta : Rineka Cipta.
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,Jakarta : PT Grasindo.
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Remaja Rosdakarya
W.S, Winkel, 1991, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,Jakarta : PT Grasindo.
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling, Bandung : Remaja Rosdakarya
Prayitno dan Amti, Erman, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling, Jakarta : Rineka Cipta
0 komentar:
Posting Komentar