BAB
I
PENGERTIAN
PUISI
1.1 Pengertian
Puisi dari Lima Ahli Sastra
M.
Atar Semi (1988 : 93-94) mengutip tentang beberapa ahli sastra tentang
pengertian puisi :
1) William
Worsworth mengemukakan bahwa puisi adalah kata-kata terbaik dalam susunan
terbaik ( poetry is the best word in the best order )
2) Leigh
Hunt mengatakan bahwa puisi adalah luapan perasaan yang imajinatif ( poetry is
imaginative passion )
3) Mathew
Arnold berpendapat bahwa puisi merupakan kritik kehidupan ( poetry is critims
of life )
4) Herbert
Read berpendapat bahwa pusi bersifat intuitif, imajinatif dan sintetik ( poetry
is intuitive, imajinativeand synteti )
5) Samuel
Taylor Coleridge mengemukakan puisi adalah kata-kata terindah dalam sususnan
terindah.
1.2 Kesimpulan
Pengertian Puisi
Dari definisi- definisi
diatas memang seolah terdapat perbedaan pikiran. Oleh karna itu penulis dapat
menyimpulkan bahwa puisi merupakan kritik kehidupan dan luapan perasaan manusia
yang dituangkan dalam bentuk tulisan kata-kata terbaik dan terindah, dan yang
bersifat intuitif, imajinatif dan sintetik.
BAB II
STRUKTUR BATIN PUISI
2.1 Tema
Tema
adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang. Suatu yang menjadi pikiran
tersebut dasar bagi puisi yang dicipta oleh penyair. Sesuatu yang dipikirkan
itu dapat bernacam-macam permasalahan hidup.
Penyair
tudak pernah menyebut apa tema puisi yang ditulisnya. Untuk mengetahui tema
sebuah puisi tersebut kita harus membaca keselurih puisi tersebut dengan cermat.
2.2 Nada
Nada
adalah sikap penyair kepada pembaca. Dalam menulis puisi penyair bias jadi
bersikap mempengaruhi, menasehati, mengejek, menyindir atau bisa pula Ia
bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
2.3 Rasa
Rasa
adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat pada puisinya. Pengungkapan
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologis
penyair, misalnya latarbelakang pendidikan, agama, jenis kelamin, dan kelas sosial,
kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan
pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu
masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan,
pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang
sosiologis dan psikologisnya.
2.4 Amanat
Amanat
adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat harus
dibedakan dengan tema. Dalam puisi tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat
berkaitan dengan makna karya sastra. Arti puisi bersifat lugas, objektif, dan
khusus. Makna puisi bersfat kias, subjektif, dan umum. Makna berhubungan dengan
individu, konsep seseorang, dan situasitempat penyair mengimajinasikan
puisinya.
BAB III
STRUKTUR FISIK
PUISI
3.1.
Diksi
Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction yang oleh Hornby diartikan
sebagai choise and use of words. Oleh
Keraf diksi disebut pula pilihan kata.
Diksi atau pilihan kata memiliki peranan
penting dan utama untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya
sastra. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara
lebih masalah kata dan maknanya, harus tahu memperluas dan mengangtifkan kosa
kata, harus mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang
dihadapi, dan harus mengenali dengan baik corak gaya bahasa yang sesuai dengan
tujuan penulisan.
3.2
Pengimajian
Gambaran-gambaran angan, gambaran
pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa
disebut dengan citra atau imaji. Citraan dapat dikelompokan atas beberapa
macam, antara lain : citraan visual (penglihatan), citraan auditif
(pendengaran), citraan artikulatoris (pengucapan), citraan alfaktori
(penciuman), citraan gustatory (kecakapan), citraan taktual (peraba/ perasaan),
citraan kinaestetic “kinaestetik” (gerak), dan citraan organik.
3.3
Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin
dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Waluyo mengatakan bahwa dengan
kata yang diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Sebagai contoh dikemukakan oleh Waluyo
tentang bagaimana penyair melukiskan seorang gadis yang benar-benar pengemis
gembel. Penyair menggunakan kata-kata: gadis kecil berkaleng kecil. Lukisan
tersebut lebih konkret jika dibanding dengan ; gadis peminta- minta.
3.4
Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif oleh Waluyo disebut
pula sebagai majas. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Pada umumnya menurut
Tarigan, bahasa figuratif dipergunakan oleh pengarang untuk menghidupkan atau
lebih mengekspresifkan perasaan yang diungkapkan sebab kata-kata saja belum
cukup untuk menerangkan lukisan tersebut. Rachman Djoko Pradopo mengelompokan
bahasa figuratif menjadi enam jenis, antara lain :
1. Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan
satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Sebagai sarana dalam
menyamakan tersebut, simile menggunakan kata-kata pembanding : bagai, sebagai,
bak, seperti, seumpama, laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya.
2. Metafora
Metafora adalah bahasa figuratif memperbandingkan
suatu hal dengan hal lainya yang pada dasarnya tidak serupa. Metafora dalam
puisi sering berbelit-belit karna apa yang dibandingkan harus disimpulkan dari
konteksnya. Pada dasarnya bentuk metafora ada dua jenis, yaitu metafora
eksplisit (metafora penuh) dan metafora implisit (metafora tak penuh).
3. Personifikasi
Bentuk dahasa figuratif ini mempersamakan benda
dengan manusia. Benda atau hal yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat
kemanusiaan. Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kejelasan, menimbulkan
bayangan angan yang konkret dan mendramatisasikan suasana dan ide yang
ditampilkan
4. Epik
– Simile
Epik simile atau perumpamaan epos ialah pembandingan
yang dilanjutkan atau dipanjangkan yaitu dibentuk dengan cara melanjutkan
sifat-sifat perbandingan lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase
yang berturut-turut.
5. Metonimi
Metonimi adalah pemindahan istilah atau suatu hal
atau benda kesuatu hal atau benda lainnya yang memiliki kaitan rapat.
6. Sinekdoki
Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan
suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu
sendiri. Sinekdoki dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni pars pro toto dan
totum pro parte.
3.5
Verifikasi
Verifikasi meliputi ritma, rima dan
metrum. Ritma kata pungut dari bahasa inggris rhythm. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama yakni
pergantian naik turun, panjang pendek, keras lembut, bunyi bahasa yang teratur.
Rima kata pungut dari bahasa inggris rhyme,
yakni pengulangan bunyi pada bait atau larik puisi, pasa akhir baris puisi atau
bahkan juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Metrum adalah irama yang
tetap, artinya pergantiannya sudah tetap pada pola tertentu disebabkan oleh
jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, alun suara yang naik dan turun
yang tetap.
3.6
Tipografi
Tipografi merupakan pembeda yang paling
awal dapat melihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Karna
itu ia menjadi pembeda yang sangat penting. Dalam prosa (baik fiksi maupun
bukan) baris-baris kata atau kalimat berbentuk sebuah periodisitet. Namun dalam
puisi tidak demikian halnya.
3.7
Sarana Retorika
Dalam kaitannya dengan puisi, Altenbernd
menyatakan bahwa sarana retorika adalah sarana kepuitisan yang berupa muslihat
pikiran. Dengan muslihat itu para penyair menarik perhatian , pikiran, sehingga
pembaca perkontemplasi dan tersugestiatas apa yang dikemikakan penyair. Sarana
retorika adalah muslihat pikiran. Muslihat pikiran ini berupa bahasa yang disusun
untuk mengajak pembaca berfikir. Bahasa retorika berbeda dengan fahasa kiasan atau
bahasa figuratif dan citraan.
BAB IV
UNSUR EKSTRINSIK PUISI
4.1.
Nilai Sosial
Nilai
sosial adalah nilai yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat yaitu kehidupan
manusia sebagai mahluk sosial, selalu dihadapkan pada masalah-masalah sosial
yang tidak dapat dipisahkandalam kehidupan masyarakat. Masa sosial timbul
sebagai akibat dari hubungan-hubungan sesame manusia lainnya dan sebagai akibat
tingkah lakunya.
4.2.
Nilai Agama
Nilai
agama dalam puisi yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan nilai-nilai religious
dalam puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca.
4.3.Nilai Budaya
Nilai budaya
adalah nilai yang disampaikan dan ditanamkan dalam suatu masyarakat¸ lingkup
organisasi, lingkungan masyarakat yang mengakar pada kebiasaan.
4.4.Nilai Moral
Nilai moral
adalah nilai mengenai ajaran baik dan buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan-perbuatan, sikap dan kewajiban seperti ahlak, budi pekerti, susila
dan lainnya.
4.5.Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi adalah
nilai yang membentuk khayal dan fantasi untuk menunjukan keindahan dan
kesempurnaan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan.
4.6.Nilai Psikologi
Nilai psikologi
adalah nilai-nilai kebatinan dan kerohanian. Misalnya mendalami jiwa orang
lain, adalah penting untuk bergaul dengan masyarakat dengan baik.
BAB
V
MACAM-
MACAM PUISI
5.1. Puisi Lama
5.1.1. Mantra
Mantra
dan bidal dianggap dianggap sebagai permulaan bentuk puisi lama. Yang disebut
dengan mantra adalah kata-kata yang mengandung hikmah atau kekuatan gaib.
Contoh
:
Air
pasang telan keinsang
Air
surut telan keperut
Renggutlah!
Biar
putus jangan rabut
5.1.2. Pantun
Pantun
adalah puisi melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.
Cirri-ciri
pantun :
1.
Setiap bait terdiri atas 4 baris
2.
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3.
Baris 3 dan 4 merupakan isi
4.
Bersajak a – b – a – b
5.
Setuap baris terdiri atas 8 – 12 suku
kata
6.
Berasal dari Melayu ( Indonesia )
Contoh :
Sunguh baik asam belimbing, ( a)
Tumbuh dekat limau lungga. ( b )
Sungguh elik berbini sumbing, ( a )
Biar marah tertawa juga. ( b )
5.1.3. Syair
Syair
mempunyai dua pengertian. Pertama, berarti dalah satu bentu puisi lama; kedua,
berarti sajak (puisi) karna penyair artinya mengubah sajak.
Ciri
–ciri syair :
1.
Setiap bait terdiri dari 4 baris
2.
Setiap baris terdiri dari 8 -12 suku
kata
3.
Bersajak a – a – a – a
4.
Isi semua tidak ada sampiran
Contoh
:
Hatiki
rindu bukan kepalang (a)
Dendam
birahi berulang –ulang (a)
Air
mata bercucuran selang –menyelang (a)
Mengenangkan
adik kekasih abang (a)
5.1.4.
Gurindam
Gurindam
bentuk puisi lama yang kurang popular. Bentuk puisi ini diperkirakan berasal
dari India (Tamil).
Ciri
–ciri Gurindam :
1.
Sajak akhir berirama a – a ; b – b ; c –
c dst.
2.
Berasal dari India (Tamil)
3.
Isinya merupakan nasihat yang cukup
jelas yakni menjelaskan atau menampilkan sesuai sebab akibat
Contoh
:
Kalau
terpelihara mata, (a)
Kuranglah
cita –cita. (a)
Kalau
terpelihara kuping, (b)
Kabar
yang jahat tiada damping. (b)
Kurang
piker kurang siasat, (c)
Tentu
dirimu kelak sesat. (c)
5.1.5.
Talibun
Talibun
semacam pantun juga, tetapi pantun yang terdiri atas enam, delapan, atau
sepuluh baris. Pembagian tiap baitnya sama dengan pantun yaitu jika talibun
enam baris, maka tiga baris pertama lampirannya dan tiga baris berikutnya isi
pantun itu.
Contoh
:
Kalau
anak pergi ke pekan.
Yuk
beli belanak beli,
Ikan
panjang beli dahulu.
Kalau anak pergi berjalan,
Ibu cari sanakpun cari,
Induk semang cari dahulu.
5.2. Puisi Baru
Puisi
baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan bentuk persajakan
dalam puisi lama sudah berubah dalam puisi baru.
Berdasarkan
jumlah baris dalam kalimat pada setiap baitnya, puisi baru dibagi dalam
beberapa bentuk puisi :
5.2.1.
Cistichon
Sajak yang derisi dua baris kalimat
dalam setiap baitnya, bersajak a – a.
Contoh :
Bayu berpuput alun bergulung
Banyu direbut buih dububuh
Selat malaka ombaknya memecah
Pukul –memukul belah-membelah
Bahtera di tepuk buritan dilanda
Penjajat dihantuk haluan ditunda
5.2.2.
Terzina
Sajak tiga
seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat. Tarzina
bersajak a-a-a; a-b-c; a-b-b;
Contoh :
Dalam ribuan
pagi bahagia dating
Tersenyum bagai
kencana
Mengharum bagai
kencana
Dalam bah’gia
cinta tiba melayang
Bersinar bagai
matahari
Mengwarna bagai
dari
5.2.3.
Quatrain
Sajak empat
seuntai yang tiap baitnyaterdiriatas empat buah kalimat. Quatrain bersajak
ab/ab atau aa/bb.
Contoh :
Kasihkan hidup
sebab dikau
Segala kuntum
mengoyak kepak
Membunga cinta
dalam hatiku
Mewangi sari
dalam jantungku
Hidup seperti
mimpi
Laku lakon
dilayar terkelar
Aku pemimpi lagi
menari
Sedar siuman
bertukar-tukar
Maka merupa di
daftar layar
Wayang warna
menayang rasa
Kalbu rindu
turut mengikut
Dua sukma esa –
mesra
Aku boneka
engkau boneka
Penghibur dalang
mengatur tembang
Dilayar kenbang
bertukar pandang
Hanya selagu
sepanjang dendang
Golek gemilang
ditukarnya pula
Aku engkau
dikotak terletak
Aku boneka
engkau boneka
Penyenang dalang
mengarak saja
5.2.4.
Quint
Sajak yang
terdiri atas lima daris kalimat dalam setiap baitnya. Quint bersajak a-a-a-a-a.
Contoh :
Satu-satu
perasaan
Yang saya
rasakan
Hanya dapat saya
rasakan
Kepada Tuan
Yang pernah
merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang daya
resahkan
Hanya dapat saya
kisahkan
Kepada Tuan
Yang pernah
diresah gelisahkan
5.2.5.
Sextet
Sajak atau puisi
enam seuntai, artinya terdiri atas enam kalimat dalam setiap baitnya. Sextet memilki sajak yang tidak beraturan.
Dalam sextet pengarang bebas menyatakan perasaan tanpa menghiraukan persajakan
atau rima bunyi.
Contoh :
Jiwaku pohon
telah meranggas
Terunjang
terhening di senja hati
Mengedahkan
tangan tegang mati
Hari bening
tenang suci
Bulan bersih di
kelir terbentang
Sepi sunyi alam
menanti
5.2.6.
Septima
Sajak tujuh
seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat. Sama halnya dengan
sextet, persajakan septima tidak berurutan.
Contoh :
Terang cuaca
langit lazuardi
Biru jernih
bagai tak berisi
Meninggi jauh,
menurun dalam
Melawas
melingkungi alam
Meskipun tak
tampak, tahulah kita
Langit menyimpan
bintang berjuta
Bergerak
dinamis, getar senantiasa
5.2.7.
Stanza
Sajak delapan
seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut
juga oktava. Persajakan stanza tidak berurutan.
Contoh :
Awan datang
melayang perlahan
Serasa bermimpi,
serasa berangan
Sertambah lama,
lupa di diri
Bertambah halus,
akhirnya seri
Dan bentuk
menjadi hilang
Dalam langit
biru gemilang
Demikian jiwaku
lenyap sekarang
Dalam kehidupan
teduh tenang
Selain
pembagian menurut bentuk, puisi pun dibeda-bedakan menurut isinya, misalnya :
5.2.8
Balada
Balada ialah
puisi yang berisi kisah, cerita; boleh berbentuk epic, boleh juga lirik.
Contoh :
Jante Akridam,
karya Ayip Rosidi.
5.2.9.
Romance
Romance ialah puisi yang berisi
luapan perasaan kasih saying terhadap kekasih.
Contoh :
Dalam Aku, karya Armijn Pane
5.2.10.
Elegi
Elegi ialah
sajak bersedih-sedih, suara sukma yang meratap-ratap, batin yang merintih.
Contoh :
Buah Rindu,
karya Amir Hamzah
5.2.11.
Ode
Ode ialah sajak
yang berisi pujian dan sanjungan terhadap orang yang besar jasanya dalam
masyarakat, seorang yang dianggap pahlawan bangsa karna darma baktinyakepada
nusa dan bangsa.
Contoh :
“Menara Sakti”
kepada arwah H. O. S. Tjokroaminoto. Dari : Seni Sastra
5.2.12
Himne
Himne ialah sajak pujaan kepada
Tuhan atau sajak keagamaan,
Contoh :
Do’a . karya Chairil Anwar.
5.2.13.
Epigram
Epigram ialah dajak berisi ajaran
hidup, semangat perjuangan.
Contoh :
Bangunlah o, pemuda. Karya A. Hasjmy
5.2.14.
Satire
Satire ialah sajak
yang berisi kritik atau sindiran yang pedas atas kepincangan–kepincangan yang
terjadi dalam masyarakat.
Contoh :
Marhaen, karya
Sanusi Pane
5.2. Puisi Kontemporer
Puisi
kontemporer merupakan perkembangan dari puisi modern ( terutama segi bentuknya
). Kontemporer berarti kesewaktuan, yang menandai corak terbaru dari puisi
Indonesia. Puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang brusaha lari dari ikatan
konvensional
Puisi
kontemporer dibedakan
0 komentar:
Posting Komentar